Berita

Direktur Operasi SIG Reni Wulandari: Jawab Bias Gender dengan Profesionalisme

08-03-2024

Tak bisa dimungkiri, Reni Wulandari merupakan sosok spesial di lingkungan SIG Group. Figur yang lahir di Tulungagung, 26 April 1974, ini menjadi salah satu dari sedikit perempuan yang menduduki kursi direksi BUMN. Ada perjuangan panjang yang ia tempuh sebelum dipercaya menjadi Direktur Operasi SIG. Modal kompetensi saja tidaklah cukup, karena Reni mesti menghadapi sejumlah tantangan lain yang justru membuatnya semakin tangguh.

Reni,panggilan akrab alumnus Teknik Kimia Universitas Diponegoro dan Magister of Business Administration, Swiss German University , ini telah 25 tahun bekerja di industri semen. Uniknya, sebagai perempuan, sebagian besar perjalanan kariernya dihabiskan di area operasional. Area yang nuansa maskulinnya begitu kuat. “Saya bersyukur diberi amanat di area operasional yang memang menjadi passion saya. Di sini saya telah mendapatkan sufficient exposure sehingga insya Allah bisa memberikan nilai tambah untuk SIG,” tutur Reni saat ditemui di ruang kerjanya, kantor SIG, South Quarter, Tower A, Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Bermula dari GM Pabrik Tuban PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk yang merupakan salah satu anak usaha SIG, Reni lantas naik kelas menjadi SVP of Operation SIG. Dua tahun kemudian, ia didaulat menjadi direktur produksi anak usaha SIG lainnya, PT Semen Gresik. Puncaknya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) SIG di Jakarta, 18 April 2023, Reni mendapat amanat sebagai direktur operasi. Menurutnya, selain dari sisi gender , kepercayaan ini menjadi bukti nyata bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang setara untuk talenta-talenta internal. “Saya berharap ini bisa menjadi tambahan motivasi bagi para in-house talent , terlepas dari gender maupun bidangnya. Jangan sia-siakan kesempatan ini,” ingat perempuan pertama yang menjadi direktur produksi SIG ini.

Reni tak menampik, selama 25 tahun meniti karier mulai dari fresh graduate di area operasional yang male dominated , yang namanya bias gender pernah ia rasakan. Namun tantangan itu tidak ia hadapi dengan emosional. Baginya, bias tetaplah bias, yang harus dicari akar masalahnya. “Respons yang reaktif tidak membantu saya mencapai kesetaraan. Pabrik semen itu heavy intensive machinery, ditambah kondisi lingkungan yang ekstrem dan butuh fokus tinggi. Bias yang muncul seringnya berasal dari kekhawatiran, apakah seorang perempuan mampu mengatasi situasi tersebut?” sebutnya.

Bukan argumentasi untuk menuntut kesetaraan gender, namun Reni menjawab tantangan tersebut dengan kinerja terbaik. Ia ingin membuktikan bahwa kemampuannya tak kalah dengan gender lainnya. Pelan-pelan ia beroleh pengakuan tersebut, tanpa harus berkoar-koar minta diperlakukan sama. “Tapi itu semua adalah masa lalu. Saya yakin saat ini kesempatan lebih terbuka untuk gender apa pun, karena semuanya berbasis kompetensi,” ucapnya. 

Lebih jauh Reni mengatakan, menjadi direktur operasi sebuah perusahaan sebesar SIG tidak pernah terlintas di benaknya. Akan tetapi, bila bicara soal ini, ia punya pengalaman menarik ketika menjalani program talent development. “Coach saya bertanya begini, ‘What is your career aspiration? Medium term goal? Long term goal? What will you do to achieve that?’ Jangankan membayangkan atau bermimpi, bahkan saya tidak pernah berpikir mendalam saat menjawab pertanyaan tersebut,” kenangnya.

Dan, jawaban yang ia lontarkan ketika itu lebih dalam rangka segera menyelesaikan sesi career coaching . “Saya selalu menjawab medium term career aspiration saya menjadi kepala pabrik, longer term aspiration saya menjadi manufacturing director. Karena saya selalu men- declare demikian, mungkin secara tidak sadar saya melakukan langkah-langkah menuju ke sana. Sehingga begitu kesempatan itu tiba saya dinilai sebagai kandidat yang sudah ready,” aku Reni.

Reni menilai, SIG dan BUMN lainnya saat ini telah memberikan kesempatan berkembang yang sama bagi perempuan maupun laki-laki. Hal ini adalah respons atas business need bahwa kesetaraan gender merupakan salah satu cara untuk mendongkrak kinerja, karena dari sana akan timbul semangat saling melengkapi. Maka itu, untuk kaum perempuan Reni punya saran, “Di dunia kerja yang berbasis merit, sebaiknya lebih fokus pada kompetensi, kualifikasi, kinerja atau    profesionalisme.” 

 

Pesan untuk Srikandi SIG 

Bicara tentang profesionalisme, Reni Wulandari mengingatkan para Srikandi SIG untuk tidak ‘membenturkan’ peran di dunia kerja dengan peran sebagai ibu rumah tangga. Sebaliknya, dua peran itu bisa dijalani berbarengan dengan harmonis. Reni mengibaratkan urusan rumah tangga sebagai first enabler . Jika urusan pertama beres, maka tidak akan ada yang menghalangi perempuan untuk mengejar karier seluas-luasnya di luar. “Saya menyebut tahap pertama ini sebagai ujian atas management skill ,” katanya lagi. 

Seluruh peran ibu rumah tangga tidak wajib dilakukan sendiri, akan tetapi bisa di-handle pihak lain dengan tetap memastikan kualitasnya selalu terjaga. Apalagi teknologi sudah berkembang sangat jauh sehingga makin memudahkan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. “Yang harus diingat, mengejar karier tidak berarti melepaskan accountability atas peran domestik maupun peran lainnya di masyarakat. Ini berlaku untuk gender apa pun,” tandasnya. 

Disinggung tentang International Women’s Day 2024 yang diperingati setiap 8 Maret dan kali ini mengangkat tema ' Invest in women: Accelerate Progress’ , Reni mengatakan ekosistem di perusahaan lebih terorganisasi dengan jelas. Ada banyak aturan, prosedur serta kebijakan yang mendukung inklusivitas. Belum lagi berbagai fasilitas penunjang hobi yang memungkinkan karyawan untuk menjaga fisik dan mentalnya tetap prima. 

Jika semua kebijakan dan enabler tadi bisa dikombinasikan, terang Reni, akan mempermudah masing-masing individu untuk berkontribusi maksimal bagi perusahaan. Pasalnya, salah satu yang bisa memperkaya keputusan-keputusan   yang diambil perusahaan adalah diversity. “Sehingga perspektif yang akan diambil dalam penentuan strategi perusahaan selalu dalam kerangka yang lebih komprehensif,” tegas Reni.